تخطى الى المحتوى
Arti Waisak Bagi Umat Buddha - Happy Vesak Day - OSCARLIVING

Arti Waisak Bagi Umat Buddha - Happy Vesak Day

Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di "India" "Tibet" "Malaysia" "Singapura", Visakha Bucha "Thailand" "Sri Lanka" . Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari"Bahasa Sanskerta" . Di beberapa tempat disebut juga sebagai "hari Buddha".

Setiap tahunnya, hari raya Waisak jatuh pada tanggal yang berbeda, tetapi umumnya pada bulan Mei atau bergantung pada penandaan kalender Buddha atau Buddhist Era (BE). Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu:

  1. Lahirnya Pangeran Siddharta
  2. Pangeran Siddarta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Bodh Gaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
  3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di "Kusinara" pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.

Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di "Sri Lanka" ;pada tahun "1950" . Perayaan ini dilakukan pada "Purnama" ;pertama pada bulan Mei.

Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno.

Dalam tradisi Buddhis "Mahayana", hari waisak berasal dari , वैशाख (Vaiśākha), dan berasal dari variannya. Vesākha dikenal dengan nama Vesak atau ;(衛塞節) dalam bahasa Sinhala.

Perayaan Hari Waisak di Indonesia dipusatkan di candi Borobudur,  Magelang Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

Sebelum membahas tentang acara dan makna dari setiap kegiatan yang dilakukan pada hari raya Waisak, Grameds perlu mengetahui sejarah dari Waisak lebih dulu. Berikut penjelasan tentang sejarah hari raya Waisak.

Photo Credit : Kompas Travel 

Waisak merupakan sebuah festival yang dirayakan oleh umat Buddha untuk merayakan Buddha Gautama yaitu Guru Agung atau Guru Spiritual pada sekitar abad ke 5 SM.

Buddha Gautama juga dikenal sebagai Siddharta Gautama yang dilahirkan sebagai guru dan memiliki pemikiran, bahwa kemewahan serta kekayaan tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang.

Siddhartha Gautama mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi yang berada di Bodh Gaya dan pohon tersebut saat ini menjadi tempat bersejarah bagi agama Buddha di India. Buddha Gautama sendiri dikisahkan berkeliling sebagai seorang tunawisma serta belajar bermeditasi selama kurang lebih enam tahun lamanya.

Dalam perjalanan tersebut, sang Buddha selalu belajar serta mempraktikan kehidupan asketisme yaitu sebuah kehidupan tanpa adanya kenikmatan duniawi demi memperoleh keuntungan spiritual.

Foto Credit : Borobudur News

Usai mendapatkan pencerahan dengan sempurna, Buddha Gautama kemudian mengajarkan pada orang lain untuk menuju pada jalan kebebasan dari segala ketidaktahuan, keluar dari segala nafsu keinginan serta lahir kembali usai penderitaan.

Kemudian, pada tahun 1950, Sri Lanka mengadakan sebuah konferensi pertama tentang Persekutuan Buddhis Sedunia atau disebut pula sebagai  World Fellowship of Buddhists;untuk memutuskan perayaan Waisak sebagai hari lahir Buddha di beberapa negara sekaligus.

Sejarah singkat dari kehidupan Buddha Gautama, pada akhirnya menjadi nilai dan sejarah penting bagi umat Buddha, seperti kelahiran untuk menuju pencerahan yang sempurna serta perjalanan kematian sang Buddha Gautama.

Sang Buddha telah menyebarkan agama Buddha ke seluruh belahan dunia, akan tetapi di setiap negara, cara perayaan maupun waktu pelaksanaan hari Waisak ini berbeda-beda.

Makna Hari Raya Waisak

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perayaan Waisak tidak hanya merayakan perjalanan serta kematian sang Buddha. Akan tetapi ada makna di balik perayaan tersebut. Makna dari hari Waisak berkaitan dengan tiga peristiwa yang disebut sebagai Trisuci Waisak. Berikut penjelasannya.

1. Kelahiran Siddharta Gautama

Makna pertama dari hari raya Waisak adalah kelahiran Siddharta Gautama. Siddharta Gautama adalah seorang pangeran dan anak dari seorang raja yaitu Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya. Siddharta lahir di Taman Lumbini pada 623 Sebelum Masehi (SM).

Kelahiran dari Siddharta Gautama terjadi di Taman Lumbini pada 423 SM dan pada masa kelahiran Siddharta Gautama tersebut, kondisinya bersih tanpa ada nosa satu pun, selain itu ia pun bisa berdiri dengan tegak dan langsung bisa berjalan, tidak seperti bayi baru lahir umumnya.

Situasi kelahiran Siddharta Gautama ke dunia menandai bahwa sang pangeran akan menjadi calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan paling tinggi.

2. Siddharta Gautama mendapatkan Penerangan Agung

Makna kedua dari hari raya Waisak adalah Penerangan Agung yang didapatkan oleh Siddharta Gautama. Usai Siddharta lahir, pimpinan dari Asita Kaladewala meramalkan bahwa pada masa yang akan datang, Siddharta Gautama akan menjadi seorang Maharaja Dunia atau Chakrawatin.

Usai momen kelahiran, kemudian pada umur yang ke 35 tahun, Siddharta Gautama mendapatkan Penerangan Agung, kemudian ia menjadi Buddha di Bodh Gaya ketika bulan Waisak tiba.

Lalu selama 45 tahun lamanya, usia ia menerima Penerangan Agung, Sang Buddha Gautama kemudian pergi berkelana demi menyebarkan kebenaran atau disebut sebagai Dharma.

3. Parinibbana

Makna ketiga dari perayaan hari Waisak adalah Parinibbana. Kematian dari sang Buddha Gautama terjadi pada 543 SM ketika sang Buddha menginjak usia 80 tahun. Atas meninggalnya sang Buddha, para pengikutnya pun melakukan sujud sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk sang Buddha.

Kemudian dari ketiga peristiwa penting tersebut, dilakukanlah sebuah konferensi di Sri Lanka pada tahun 1950 dan hari raya Waisak kemudian ditetapkan setiap tahun pada bulan Mei atau ketika terjadi bulan purnama.

Karena dirayakan ketika bulan purnama, tanggal dari peringatan hari raya Waisak pun dapat berubah-ubah setiap tahunnya, akan tetapi bulannya tetap sama yaitu pada bulan Mei.

Umat Buddha di setiap daerah, memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam merayakan hari Waisak. Akan tetapi ada satu hal yang pasti yaitu bahwa perayaan Waisak banyak terjadi di beberapa negara Asia, seperti Korea Utara, Korea Selatan, India, dan Thailand.

Menurut Balai Konservasi Borobudur, tradisi dari umat Buddha untuk merayakan hari raya Waisak di Candi Borobudur telah dilaksanakan sejak tahun 1929. Perayaan tersebut, identik dengan momen melepaskan ribuan lampion kertas ke langit.

Biasanya, umat Buddha akan pergi ke kuil-kuil setempat mereka dan beberapa tinggal di kuil tersebut sepanjang hari hingga bulan purnama tiba. Mereka juga akan banyak melakukan perbuatan baik, melakukan meditasi, merenungkan ajaran-ajaran Buddha, membawa persembahan ke kuil dan berbagai makanan pada orang-orang lain.

Beberapa keluarga Buddhis biasanya juga akan mendekorasi rumahnya dengan lentera. Mereka juga akan melakukan proses serta mengenakan pakaian berwarna putih. Tidak hanya itu, umat Buddha juga akan saling bertukar ucapan dengan teman maupun keluarga pada hari raya Waisak.

Selain merayakan Waisak dengan festival dan upacara, umat Buddha biasanya juga akan melakukan upacara Bathing the Buddha pada hari Waisak. Upacara ini memperingati di mana air mengalir di atas bahu Buddha, tujuannya adalah untuk mengingatkan orang-orang untuk menjernihkan pikiran mereka dari segala pikiran negatif, contohnya seperti kebencian maupun keserakahan.

Perayaan ini akan dimulai oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda yang di mana salah satu anggotanya adalah campuran antara orang Eropa serta Jawa ningrat.

Sebelumnya, perayaan hari raya Waisak di Borobudur sempat terhenti sejenak ketika perang revolusi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, perayaan juga sempat berhenti karena ada pemugaran pada tahun 1973. Selama masa pemugaran tersebut, perayaan Waisak pun dipindahkan ke Candi Mendut.

Bangsa Indonesia merupakan banga majemuk dan menjadi satu kesatuan adalah cita-cita yang diimajinasikan bersama-sama. Candi Borobudur sebagai salah satu imaji utama bagi identitas bangsa, sehingga berhak untuk dimiliki maupun dimanfaatkan oleh seluruh anggota masyarakat. Candi Borobudur pernah lama tidak difungsikan sebagai pusat kegiatan keagamaan usai dibangun pada sekitar abad ke-8 serta ke-9. Akan tetapi, tradisi dari perayaan Waisak telah menjadi bukti toleransi serta upaya untuk saling menghargai maupun menghormati perbedaan yang ada.

Pada hari raya Waisak, umat Buddha tidak hanya menghelat festival saja, akan tetapi juga menghormati serta merenungkan sifat-sifat sang Buddha, Dharma dan Sangha. Tidak hanya melakukan perenungan saja, umat Buddha juga akan menghormati para leluhur termasuk Buddha Gautama yang menyebarkan Dharma atau kebenaran.

Biasanya, selama hari Waisak, umat Buddha akan melangsungkan kebaktian di kuil atau vihara, durasi dari proses kebaktian pun akan lebih panjang dibandingkan dengan hari kebaktian biasanya.

Setelah ketiga tahapan atau prosesi hari raya Waisak tersebut, dilakukan pula pradaksina,

Pradaksina atau parikrama merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dengan mengelilingi sebuah objek pemujaan seperti stupa, Pratima Buddha ataupun pohon Bodhi yang dilakukan sebanyak tiga kali. Penghormatan ini perlu dilakukan bersamaan dengan meditasi sambil berjalan searah jarum jam. Ketika melakukan pradaksina, peserta harus dijaga oleh orang lain, tujuannya adalah agar posisinya selalu berada di sisi kanan dari objek pemujaan.

Pradaksina ditutup dengan meletakkan sebuah bunga teratai yang terbuat dari kertas pada pinggir candi. Pradaksina dilakukan untuk mengelilingi relief dan stupa candi yang memiliki arti kebaikan yang tinggi, khususnya pada bulan suci Waisak, hari di mana umat Buddha banyak melakukan kebaikan berkali-kali dan mendapatkan kebijaksanaan berkali-kali lipat.

Upacara pradaksina juga dapat diartikan sebagai ritual yang memiliki kesalahan, sehingga kesalahan tersebut dapat disucikan dengan melakukan sebuah ritual. Pradaksina tidak hanya ritual belaka, tetapi juga memiliki manfaat bagi umat Buddha yaitu dengan mencapai kesempurnaan atau menutupi kesalahan ketika merasa belum melakukan ibadah dengan kurang sempurna.

Dalam kepercayaan umat Buddha, mengelilingi candi yang di dalamnya terdapat relief maupun stupa telah dijelaskan dalam sebuah kitab suci Tripitaka. Memutari candi sebanyak tiga kali putaran searah jarum jam, memiliki arti Buddha, Dharma dan Sangha atau ajaran dari sang Buddha yang perlu diteladani.

Sebelum melakukan ritual pradaksina, ribuan umat Buddha yang datang dari berbagai daerah akan mengikuti serangkaian ritual detik-detik Waisak yang dilakukan di depan altar yang berada di sebelah barat candi.

Detik-detik Waisak berlangsung bergantung pada hasil perhitungan falak. Serangkaian ritual detik-detik Waisak di antaranya adalah bhikkhu dari berbagai sangha maupun aliran dalam agama Buddha yang juga merapal doa-doa.

Indonsia merupakan sebuah negara yang menjunjung tinggi toleransi beragama, Pemerintah Indonesia memberikan jaminan kepada 5 agama yang diakui secara resmi termasuk agama Buddha. 

#OSCARLIVING #OLIV #BELANJAFURNITUREJADIMUDAH #FURNITUREJAKARTA #INDONESIABAIK #CARIFURNITURE #FURNITUREKANTOR #PUSATFURNITUREKANTOR #KURSIKANTOR #PTOSCARMITRASUKSESSEJAHTERATBK #jalanjalanbersamaoliv #kelilingdunia #travelling #Traveltheworld #jalanjalan #Keberlanjutan #sustainability #buddha #vesakday #harirayawaisak #borobudur #candiborobudur #lampion 

Source : Wikipedia - Gramedia 

 

المقال السابق كيفية إصلاح كرسي مكتب لا يقف: 5 خطوات بسيطة
المقالة التالية Sakit Punggung Di Kantor

اترك تعليقا

يجب الموافقة على التعليقات قبل ظهورها

* الحقول المطلوبة

قارن بين المنتجات

{"one"=>"حدد 2 أو 3 عناصر للمقارنة", "other"=>"تم اختيار {{ count }} من 3 عناصر"}

حدد العنصر الأول للمقارنة

حدد العنصر الثاني للمقارنة

حدد العنصر الثالث للمقارنة

يقارن