Lewati ke konten
Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia 2025 - OSCARLIVING

Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia 2025

LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) merilis hasil survei yang menjelaskan bahwa 55 persen ahli menyatakan kondisi ekonomi Indonesia kini suram. Sebagian besar ekonom memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi. Selain itu, sebagian besar ahli sepakat bahwa pasar tenaga kerja lebih buruk dari tiga bulan sebelumnya. Beberapa indikator makroekonomi Indonesia menunjukkan angka yang kurang menyenangkan. Penutupan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 25 Maret 2025, kembali melemah 44 poin hingga menyentuh level Rp 16.611,5 per dollar AS. Nilai IHSG terus mengalami kemerosotan, bahkan sempat memicu Bursa Efek Indonesia untuk melakukan trading halt selama 30 menit pada 18 Maret 2025 lalu. Selain itu, Indonesia mengalami deflasi dua bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik merilis bahwa Indonesia mengalami deflasi 0,76 persen (% mtm) di Januari 2025 dan 0,48 persen (% mtm) di Februari 2025.

Hasil survei yang dirilis LPEM FEB UI dan kondisi makroekonomi harus menjadi perhatian pemerintah. Kondisi tersebut dapat dinilai sebagai sinyal kewaspadaan awal atas potensi terjadinya resesi ekonomi di Indonesia. Baca juga: MBG Lebih Mendesak daripada Lapangan Kerja? Artikel ini akan mengulas ancaman resesi yang dialami Indonesia dan asa yang masih dapat dimunculkan untuk mengantisipasi terjadinya resesi. Tahun 2025 ini menjadi periode penuh tantangan bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Kondisi ekonomi Indonesia belum sepenuhnya pulih pascakrisis ekonomi akibat pandemik covid-19 beberapa tahun lalu. Secara umum terdapat beberapa faktor eksternal dan internal yang berkontribusi terhadap ancaman resesi. Ancaman resesi yang dipicu faktor eksternal antara lain disebabkan ketidakstabilan geopolitik, kebijakan ekonomi Donald Trump di Amerika Serikat, serta perang dagang antara beberapa negara besar menjadi faktor utama yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan kondisi internal yang memperburuk situasi antara lain beban utang jatuh tempo pemerintah pada 2025 mencapai Rp 800,33 triliun. Pengumuman defisit anggaran Indonesia sebesar Rp 31,2 triliun pada realisasi APBN hingga Februari 2025 semakin menimbulkan ketidakpastian ekonomi di pasar. Tekanan terhadap rupiah dapat meningkatkan biaya impor, termasuk bahan baku dan energi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan sektor industri dan memperburuk defisit transaksi berjalan.

Badai PHK yang menerpa menjadi awal tahun yang berat untuk Indonesia. Menurut data Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) terdapat 45.000 buruh yang terkena PHK dari 38 perusahaan. Faktor internal lainnya ialah kondisi deflasi yang terjadi di awal tahun. Tingkat inflasi rendah disinyalir terjadi karena daya beli masyarakat yang melemah. Kondisi ini perlu diantisipasi oleh perusahaan karena pendapatan dapat turun. Dalam survei yang dirilis LPEM FEB UI terdapat empat penyebab deflasi di awal tahun 2025, yaitu konsumsi rumah tangga yang menurun karena masyarakat lebih memilih menabung daripada belanja. Tingkat konsumsi yang biasanya cenderung meningkat selama Ramadhan dapat meningkatkan kegairahan ekonomi Indonesia.


Penyebab deflasi kedua ialah harga komoditas seperti minyak, CPO, dan batu bara yang turun drastis. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia yang masih mempertahankan kebijakan moneter ketat disinyalir menjadi penyebab deflasi di awal 2025 ini. Kemudian penyebab keempat ialah efisiensi teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan dan digitalisasi menjadikan harga produksi lebih murah. Kondisi ancaman resesi dapat berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Jika berbagai faktor negatif terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat hingga di bawah 4 persen, jauh dari target pemerintah yang biasanya berkisar antara 5-6 persen. Ketidakpastian ekonomi dapat membuat investor ragu untuk menanamkan modal di Indonesia, baik dalam bentuk investasi asing langsung (FDI) maupun investasi portofolio. Selain itu, jika angka pengangguran naik dan daya beli turun, ketidakpuasan sosial bisa meningkat. Ini dapat memicu demonstrasi dan instabilitas politik yang semakin memperburuk kondisi ekonomi. Melihat pada faktor penyebab terjadinya ancaman resesi ekonomi dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan pemerintah. Strategi pertama ialah pemerintah perlu memberikan insentif fiskal kepada para pelaku ekonomi. Para pengusaha hotel telah meminta relaksasi pajak sebagai imbas efisiensi anggaran terhadap sektor pariwisata. Stimulus fiskal lainnya perlu dilakukan melalui pengoptimalan belanja negara untuk mendukung sektor-sektor produktif dan menjaga stabilitas sosial melalui program bantuan sosial yang tepat sasaran.

Kebijakan ini sebagai upaya untuk mendorong daya beli dari masyarakat yang menurun. Secara makro, daya saing industri dalam negeri perlu ditingkatkan. Sektor manufaktur dan industri kreatif harus diperkuat untuk mengurangi ketergantungan terhadap ekspor komoditas.


Indonesia telah memulai kebijakan hilirisasi sumber daya alam, seperti nikel dan kelapa sawit, guna meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Keberlanjutan kebijakan ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian nasional. Strategi lainnya ialah dengan mendorong digitalisasi ekonomi. Percepatan transformasi digital dalam berbagai sektor dapat meningkatkan efisiensi dan membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi. Percepatan pembangunan infrastruktur digital, termasuk perluasan akses internet dan adopsi teknologi industri 4.0, akan mendorong pertumbuhan sektor digital dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Terakhir, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan pangan dan energi dengan memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan. Pemerintah telah mencanangkan bahwa Indonesia harus mampu swasembada pangan dan bahkan menjadi lumbung pangan dunia 2028. Ancaman resesi Indonesia 2025 perlu diwaspadai dan diantisipasi dengan kebijakan yang tepat. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bersinergi dalam menghadapi tantangan ekonomi agar Indonesia tetap berada pada jalur pertumbuhan yang berkelanjutan.



Source : Kompas 
#Indonesiaemas #lebaran2025 #oscarliving #belanjafurniturejadimudah #OLIV #PToscarmitrasuksessejahteratbk #Indonesia #ekonomiindonesia #sustainability #ekonomiindonesia #dayabelilemah #2025 #Karbon #IDXCarbon #IDX #OJK #bursakarbonindonesia #energiterbarukan #ekonomihijau #perdagangankarbon #jejakkarbon #jejakkarbonpariwisata #pariwisataberkelanjutan #pariwisataindonesia #ekonomiberkelanjutan

Artikel sebelumnya Lengkap! Respons Baru Pemerintah Terkait Tarif 32% Trump ke Barang RI

Tinggalkan komentar

Komentar harus disetujui sebelum muncul

* Bidang wajib diisi

Bandingkan produk

{"one"=>"Pilih 2 atau 3 item untuk dibandingkan", "other"=>"{{ count }} dari 3 item dipilih"}

Pilih item pertama untuk dibandingkan

Pilih item kedua untuk dibandingkan

Pilih item ketiga untuk dibandingkan

Membandingkan