Belanja Furniture Jadi Mudah
Belanja Furniture Jadi Mudah
Ketidakpastian ekonomi global terus menjadi perbincangan utama, dengan banyak analis memperingati kemungkinan resesi pada tahun 2025. Inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga oleh bank sentral, serta ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang memicu kekhawatiran ini. Namun, apakah resesi benar-benar tidak bisa dihindari atau hanya alarm yang terlalu dini?
Tahun 2025 merupakan tahun yang penuh dengan agenda politik global berupa pemilihan umum (pemilu) melanjutkan peristiwa yang sama di tahun 2024 lalu. Resiko politik sangat akut untuk pasar keuangan global pada tahun ini, dengan sekitar 40 negara mengadakan pemilu. Dengan semua itu, muncul lingkungan pasar baru, dengan berbagai implikasinya secara ekonomi dan politik.
Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global sudah menjadii sorotan utama di pasar keuangan, terutama setelah data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang signifikan. Melemahnya indikator-indikator ekonomi seperti penurunan kepercayaan konsmen, pelemahan sektor manufaktur, serta berkurangnya investasi bisnis, semakin memperkuat kekhawatiran bahwa ekonomi global tengah menghadapi risiko perlambatan yang lebih serius. Ditengah-tengah hal ini, meningkatkan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dengan beberapa mitra dagang utamanya semakin menenangkan sentimen pasar. Kebijakan proteksionisme yang semakin agresif, termasuk taraf baru sebesar 25% yang baru diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Meksiko dan Kanada telah menambah tekanan terhadap rantai pasokan global dan kepercayaan bisnis. Banyak usaha pelaku mulai menahan ekspansi dan investasi mereka karena jarak yang tinggi, yang pada akhirnya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
International Monetary Fund (IMF( dalam laporannya pada oktober 2024 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 3,2% pada tahun 2024 dan 2025, turun dari 3,3% pada tahun 2023. Meskipun inflasi mengendalikan pengendalian dan resesi dapat dihindari melalui kebijakan moneter, pertumbuhan yang lemah ini dapat mengikis standar hidup dan stabilitas ekonomi global.
Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, tidak terlepas dari dampak perlambatan perekonomian global. Namun beberapa indikator menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanannya. Pada kuartal III-2024, perekonomian Indonesia tumbuh 5,2% year on year dan didukung oleh konsumsi domestik yang kuat dan investasi yang stabil. Selain itu, pemerintah Indonesia terus mendorong transformasi ekonomi berbasis digital sebagai upaya menjaga momentum pertumbuhan. Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD146 M pada tahun 2025, meningkat dari USD77 M pada tahun 2022.
Meskipun ada indikator yang mengarah pada potensi resesi, beberapa ekonom berpendapat bahwa kekhawatiran ini mungkin berlebihan. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, menunjukkan ketahanan ekonomi yang patut diperhitungkan. Pada kuartal III-2024 ekonomi Amerika Serikat tumbuh 2,7% year on year, sementara di Eropa laju ekonomi masih tagnan dengan pertumbuhan di kisaran 0,9%. Ekonomi Tiongkok menunjukksn tanda-tanda perlambatan, namun ekonomi di kawasan ASEAN masih resilien meskipun permintaan global turun.
Ada beberapa faktor yang memicu kekhawatiran dari resesi global ini, diantaranya ada tingginya inflasi dan suku bunga pada Bank Sentral di berbagai negara termasuk The Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, terus menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. Kenaikan suku bunga ini berisiko memperlambat investasi dan konsumsi, yang pada akhirnya dapat menekan pertumbuhan ekonomi global. Selanjutnya krisis utang di Negara Berkembang dalam menghadapi tekanan berat akibat beban utang yang meningkat. Dengan dolar As yang menguat, banyak negara mengalami kesulitan dalam membayar utang luar negeri.
Source : Mubaonline
#Indonesiaemas #lebaran2025 #oscarliving #belanjafurniturejadimudah #OLIV #PToscarmitrasuksessejahteratbk #Indonesia #ekonomiindonesia #sustainability #ekonomiindonesia #dayabelilemah #2025 #Karbon #IDXCarbon #IDX #OJK #bursakarbonindonesia #energiterbarukan #ekonomihijau #perdagangankarbon #jejakkarbon #jejakkarbonpariwisata #pariwisataberkelanjutan #pariwisataindonesia #ekonomiberkelanjutan
{"one"=>"Pilih 2 atau 3 item untuk dibandingkan", "other"=>"{{ count }} dari 3 item dipilih"}
Pilih item pertama untuk dibandingkan
Pilih item kedua untuk dibandingkan
Pilih item ketiga untuk dibandingkan
Tinggalkan komentar