Faire des achats de meubles devient facile
Faire des achats de meubles devient facile
Inflasi dan deflasi adalah dua fenomena ekonomi yang saling berlawanan namun sama-sama berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat dan arah kebijakan pemerintah. Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa meningkat secara umum, sementara deflasi mencerminkan penurunan harga secara berkelanjutan. Keduanya tidak hanya mencerminkan kondisi ekonomi, tetapi juga memengaruhi perilaku konsumen, produsen, dan investor.
Tahun 2025 menjadi catatan penting dalam sejarah ekonomi Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir, Indonesia mengalami deflasi secara tahunan. Hal ini sempat memicu kekhawatiran akan melemahnya daya beli masyarakat. Namun, pemerintah menegaskan bahwa deflasi yang terjadi merupakan hasil dari kebijakan fiskal yang dirancang untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung daya beli masyarakat menjelang momen penting seperti Ramadan dan Idulfitri.
Artikel ini akan membahas mengenai penyebab dan dampak inflasi serta deflasi, termasuk bagaimana kebijakan pemerintah berperan dalam menciptakan deflasi di awal tahun 2025, dan apa maknanya bagi arah ekonomi Indonesia ke depan.
Inflasi dan pengaruhnya terhadap perekonomian
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam suatu periode waktu tertentu. Inflasi mengindikasikan nilai uang menurun. Jadi, dengan jumlah uang yang sama, masyarakat hanya bisa membeli lebih sedikit barang dibanding sebelumnya. Sebagai contoh, pada tahun 2019 menurut data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) harga rata-rata telur ayam sebesar Rp24.833,- per kilogram. Lalu, kita bandingkan dengan harga rata-rata telur ayam di tahun 2024 mencapai Rp32.600,- per kilogram. Dari contoh ini bisa kita lihat bahwa sebelumnya hanya dengan membawa uang Rp25.000,- di tahun 2019 sudah bisa membeli telur ayam sebanyak 1 kilogram, tetapi jumlah uang yang sama di tahun 2024 kita akan mendapat telur ayam kurang dari 1 kilogram.
Lalu, apa sih yang menyebabkan inflasi?
Ada beberapa jenis inflasi berdasarkan penyebabnya:
Demand-Pull Inflation
Ini adalah inflasi yang disebabkan oleh permintaan masyarakat yang naik drastis sementara ketersediaan barang jumlahnya tetap. Misalnya, saat bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri terjadi lonjakan konsumsi masyarakat. Salah satunya karena adanya kebijakan THR para pegawai sehingga permintaan masyarakat terhadap suatu barang seperti barang pokok meningkat.
Cost-Push Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh biaya produksi yang naik sehingga produsen pun menaikkan harga jual barangnya. Misalnya, jika harga BBM naik akan berdampak pada ongkos logistik pengiriman bahan baku yang naik atau ketika harga gandum dunia naik karena kelangkaan pasokan ini akan mempengaruhi biaya produksi dan harga jual.
Built-in Inflation
Ini adalah jenis inflasi yang berasal dari proses berulang akibat ekspektasi masyarakat dan pelaku ekonomi bahwa harga-harga akan terus naik. Akibatnya mereka akan menyesuaikan perilaku ekonomi untuk mengimbangi kenaikan tersebut. Misalnya, jika harga BBM dan kebutuhan pokok naik maka para pekerja juga akan meminta kenaikan gaji. Tentu saja perusahaan akan menaikkan harga barang untuk menutup biaya kenaikan tersebut. Harga barang yang naik membuat masyarakat merasa harga-harga makin mahal. Kemudian, pekerja dalam periode berikutnya kembali meminta kenaikan gaji dan siklus tadi berulang maka terjadilah siklus spiral upah-harga.
Inflasi sendiri memiliki dampak luas terhadap perekonomian. Ada beberapa dampak negatif dari inflasi yaitu penurunan daya beli masyarakat, ketidakpastian ekonomi, peningkatan biaya hidup, kenaikan suku bunga, redistribusi pendapatan yang tidak adil, serta distorsi harga dan pasar. Namun, inflasi juga memiliki dampak positif terhadap ekonomi dengan catatan inflasinya moderat dan terkendali. Inflasi yang terjaga justru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meringankan beban utang dan bisa terjadi penyesuaian harga dan upah. Jadi, inflasi yang rendah dan stabil justru menandakan ekonomi yang sehat dan bertumbuh.
Deflasi: Penyebab dan Dampaknya bagi Ekonomi
Setelah mengenal inflasi, kita juga perlu mengetahui soal deflasi dan pengaruhnya terhadap ekonomi. Deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Berbanding terbalik dengan inflasi, deflasi meningkatkan nilai uang. Jadi, dengan jumlah uang yang sama masyarakat bisa membeli barang lebih banyak.
Ada beberapa penyebab utama deflasi, yakni:
Penurunan Permintaan Agregat
Ini merupakan penyebab paling umum dari deflasi. Permintaan agregat adalah total permintaan barang dan jasa dalam perekonomian. Jadi, jika konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor menurun secara bersamaan, maka harga barang dan jasa cenderung turun. Contohnya saat krisis ekonomi, resesi, pandemi, atau ketidakpastian global.
Kelebihan Pasokan Barang dan Jasa
Ini terjadi saat produksi melampui permintaan pasar. Misalnya, terjadi kelebihan pasokan bawang merah sebanyak 100 kuintal sementara permintaan pasar hanya 85 kuintal. Maka, agar barang tidak menumpuk di gudang produsen pun menurunkan harga untuk menjual stok. Kondisi ini bisa terjadi karena panen berlimpah, kapasitas produksi meningkat, atau permintaan yang lesu.
Kebijakan Moneter yang Terlalu Ketat
Ini adalah deflasi yang terjadi ketika bank sentral menaikkan suku bunga terlalu tinggi atau menekan jumlah uang beredar secara agresif. Uang pun memiliki nilai lebih tinggi yang berdampak pada turunnya konsumsi dan investasi sehingga muncul tekanan pada harga. Kebijakan ini sering dilakukan untuk menekan inflasi, tapi jika berlebihan dapat memicu deflasi
Guncangan Ekonomi Global
Krisis keuangan, tekanan geopolitik atau krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 dapat mengurangi aktivitas ekonomi dunia. Dampaknya permintaan ekspor yang turun, nilai tukar yang menguat dan investasi menjadi lesu. Semua faktor ini bisa menekan harga-harga domestik. Ini kemudian juga berpengaruh kepada negara-negara penghasil komoditas seperti Indonesia.
Saat deflasi terjadi sudah pasti memiliki dampak terhadap ekonomi. Ketika deflasi masyarakat banyak yang menunda pembelian ini berefek pada konsumsi dan investasi yang turun. Kemudian, laba perusahaan juga ikut turun dan menyebabkan PHK dan pengangguran. Lalu, peningkatan beban utang pun terjadi sehingga nilai riil utang meningkat. Deflasi sering dianggap lebih berbahaya daripada inflasi karena dapat memicu resesi yang berkepanjangan.
Deflasi Indonesia Tahun 2025: Hasil Kebijakan Pemerintah
Menutup tahun 2024, Indonesia mencatatkan inflasi hanya sebesar 1,7 persen. Ini adalah angka inflasi yang terkendali karena termasuk yang rendah di antara negara-negara lain di dunia. Memasuki tahun 2025, Indonesia justru mengalami deflasi 0,09 persen (yoy) dan 0,48 (mtm) pada Februari 2025. Kondisi ini menjadi fenomena yang pertama dalam 25 tahun terakhir. Tentu saja, ini kemudian memicu berbagai pandangan mengenai kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat.
Beberapa ekonom menilai bahwa deflasi ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. Penurunan harga yang terjadi dianggap sebagai indikasi melemahnya permintaan konsumen, yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Misalnya, penurunan harga pada sektor perumahan, listrik, dan bahan makanan menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Jika tren ini berlanjut, dikhawatirkan dapat menyebabkan perlambatan ekonomi lebih lanjut.
Namun demikian, sebenarnya deflasi yang terjadi di Indonesia saat ini bukan akibat melemahnya daya beli, melainkan hasil dari kebijakan pemerintah. Tujuannya, untuk menjaga daya beli masyarakat terutama menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Apa saja kebijakan tersebut?
Pertama, diskon tarif listrik sebesar 50 persen. Kebijakan ini diberikan pada bulan Januari dan Februari 2025. Anggaran yang dikeluarkan oleh APBN untuk kebijakan ini adalah Rp13.615,8 miliar. Diskon listrik ini diberikan untuk rumah tangga dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA. Di bulan Januari ada 71,1 juta pelanggan dan di bulan Februari ada 64,8 juta pelanggan yang menerima manfaat dari kebijakan diskon listrik ini.
Kedua, kebijakan penurunan harga tiket dan tol menjelang liburan hari raya Idulfitri. Selama dua minggu di masa liburan Idulfitri pada tanggal 24 Maret – 7 April 2025 ada kebijakan penurunan harga tiket pesawat sebesar 13 – 14 persen. Diskon ini berlaku untuk kelas ekonomi sesuai tiket pesawat dan kelompok layanan pada 500 rute dalam negeri. Untuk diskon tiket ini, APBN mengeluarkan alokasi anggaran sebesar RP286,1 miliar untuk PPN Ditanggung Pemerintah. Tidak hanya itu, Diskon tarif tol juga diberikan selama libur mudik lebaran baik saat arus mudik di tanggal 24 – 27 Maret 2025 dan saat arus balik di tanggal 8 – 9 April 2025. Bahkan, diskon tarif tambahan hingga 30 persen juga diberikan kepada pemudik yang terdampak pengalihan arus melalui Tol Cisumdawu.
Source : Opini Kementrian Keuangan
#Indonesiaemas #lebaran2025 #Korlantaspolri #ganjigenap #oscarliving #belanjafurniturejadimudah #OLIV #PToscarmitrasuksessejahteratbk #Indonesia #ekonomiindonesia #resesi2025 #menujuindonesiaemas #defisitanggaran #krisismoneter #dayabelilesu #PHK2025 #APBNdefisit
{"one"=>"Sélectionnez 2 ou 3 articles à comparer", "other"=>"{{ count }} éléments sélectionnés sur 3"}
Sélectionnez le premier élément à comparer
Sélectionnez le deuxième élément à comparer
Sélectionnez le troisième élément à comparer
Laisser un commentaire