Lewati ke konten
Seni Ukir Kelas Dunia dari suku Asmat - OSCARLIVING

Seni Ukir Kelas Dunia dari suku Asmat

Suku Asmat adalah suku yang berasa dari Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di pedalaman. Pola hidup, cara berpikir, struktur sosial dan keseharian kedua kategori suku Asmat tersebut sangat berbeda. Untuk mata pencaharian misalnya, suku Asmat di pedalaman biasanya memiliki pekerjaan sebagai pemburu dan petani kebun, sementara mereka yang tinggal di pesisir lebih memilih menjadi nelayan.

Kesamaannya adalah dari ciri fisik, di mana suku Asmat rata-rata memiliki tinggi sekitar 172 cm, untuk pria dan 162 untuk perempuan. Warna kulit mereka umumnya hitam dengan rambut keriting. Kesamaan ini disebabkan karena suku Asmat masih satu keturunan dengan warga Polynesia.

Suku Asmat tersebar mulai dari pesisir pantai Laut Arafuru, hingga Pegunungan Jayawijaya. Secara keseluruhan, mereka menempati wilayah Kabupaten Asmat membawahi 7 kecamatan. Luasnya wilayah Kabupaten Asmat, membuat jarak antar kampung atau kampung dengan kecamatan menjadi sangat jauh. Belum lagi kontur tanah yang berawa-rawa, membuat perjalanan dari antar kampung lainnya bisa memakan 1-2 jam dengan berjalan kaki.

Bagi Suku Asmat, tradisi mengukir, menganyam, menyanyi dan menari merupakan kehidupan mereka. Bagi yang tidak memiliki ketrampilan tersebut berarti mati.

Suku Asmat percaya bahwa pengetahuan dan keahlian mengukir mereka berasal dari nenek moyang yang bernama Fumiripitsy, seorang ahli ukir. Fumiripitsy telah menciptakan sebuah tifa yang indah sekali, ia beri nama Eme serta patung-patung yang diberi nama Mbis.

Apabila tifa ini ditabuh, maka patung Mbis akan menjelma menjadi manusia yang menari mengikuti bunyi tifa. Fumiripitsy berkata kepada Mbis, mulai saat itu Mbis menjadi anak-anaknya. Dalam budaya tradisionalnya, Suku Asmat tidak mengenal pahat dari logam untuk mengukir. Mereka menggunakan pahat yang terbuat dari tulang kasuari.

Suku Asmat mulai mengenal besi ketika ekspedisi Lorentz tahun 1907 melewati sungai-sungai di sekitar Asmat dalam upaya mencapai puncak bersalju Jayawijaya. Mereka melakukan kontak dengan Suku Asmat dan melakukan barter pisau besi, kapak besi, kaleng makanan dengan produk-produk seni pahat Asmat yang istimewa.

Rupanya benda besi, barang baru bagi Suku Asmat, menjadi benda yang tidak puas-puasnya digemari oleh mereka. Apalagi mereka merasa bahwa dengan benda-benda besi tersebut, dalam proses mengukir kayu menjadi mudah, jika dibandingkan dengan menggunakan pahat tulang kasuari. Kegemaran pada benda besi ini, pernah diberitakan dalam surat kabar Belanda pada 1930, menyebutkan bahwa suatu armada orang-orang Asmat yang bersenjata busur, panah, dan tombak menyerang sebuah kampung di perbatasan Mimika.



Mereka mengobrak-abrik bangku-bangku sekolah milik gereja, hanya untuk mencopot paku-pakunya. Dengan paku-paku tersebut orang-orang Asmat hanya mengenal satu kegunaan yaitu untuk dijadikan pahat.

Seni Suku Asmat terkenal memiliki tradisi seni ukir yang khas dan terkenal sampai ke mancanegara. Bahkan seniman terkenal Eropa, Pablo Picasso, pada masa hidupnya mengagumi seni ukir ini.

Ukiran Asmat menjadi media penghubung antara kehidupan di dunia dengan kehidupan dunia arwah. Lewat seni ukir suku Asmat tetap terhubung dengan nenek moyangnya. Segala jenis ukiran dibuat bersama-sama mulai dari dayung, perisai, tifa, busur dan sebagainya yang kemudian diberi nama sesuai dengan orang yang baru meninggal. Pemberian nama itu untuk mengingatkan mereka pada yang meninggal.

Hampir seluruh ukiran Asmat dikerjakan oleh kaum laki-laki. Hasil kerajinan atau ukiran mereka umumnya dipergunakan untuk keperluan ritual tetapi ada juga yang tidak dipergunakan untuk keperluan itu. Setiap pengrajin atau pengukir mempunyai ciri sendiri, khusus mengenai ukiran yang diperlukan untuk keperluan ritual memiliki perbedaan yang sangat jelas.

Dalam perkembangannya, banyak pengukir dari suku Asmat yang tidak hanya mengukir untuk mengaktualisasikan hidup, tetapi juga untuk alasan ekonomi. Dan kini mahakarya itu telah menjadi komoditas yang banyak dicari.

Ukiran Asmat memiliki ciri khas yang membedakannya dengan ukiran dari daerah lain. Pengerjaan yang rapih dan detil-detil ukiran yang rumit menjadi alasan mengapa ukiran Asmat tersohor ke seluruh penjuru dunia dan banyak diburu para penggemar seni.

Motif-motif yang berhubungan dengan alam, makhluk hidup dan aktifitas kehidupan sehari-hari banyak ditemui di dalam ukiran Asmat. Pola yang umum ditemui seperti kelelawar, burung cendrawasih, dan ikan. Sedangkan bentuk aktifitas yang biasa dituangkan adalah manusia yang sedang berperang, berburu, atau mencari ikan, tidak jarang juga mereka membuat refleksi aktifitas hidup para leluhur Asmat. Yang pasti, motif maupun bentuk ini tak pernah lepas dari kehidupan suku Asmat sendiri.

Jika Anda berminat mengoleksi ukiran Asmat, maka Anda bisa memburunya di Pasar Hamadi, Jayapura yang banyak menjual produk tradisional warga Papua. Tapi akan lebih afdal jika Anda mengunjungi perkampungan suku Asmat, sehingga bisa menyaksikan langsung bagaimana mahakarya itu dilahirkan.

#OSCARLIVING #OLIV #BELANJAFURNITUREJADIMUDAH #FURNITUREJAKARTA #INDONESIABAIK #CARIFURNITURE #FURNITUREKANTOR #PUSATFURNITUREKANTOR #KURSIKANTOR #budayaindonesia #indonesia #asmat #papua #agats #ukiranasmat #tradisi #sukuasmat #keberagaman

Photography : hendrohioe

 

Artikel sebelumnya WUDHU dengan BENAR

Tinggalkan komentar

Komentar harus disetujui sebelum muncul

* Bidang wajib diisi

Bandingkan produk

{"one"=>"Pilih 2 atau 3 item untuk dibandingkan", "other"=>"{{ count }} dari 3 item dipilih"}

Pilih item pertama untuk dibandingkan

Pilih item kedua untuk dibandingkan

Pilih item ketiga untuk dibandingkan

Membandingkan